CERPEN

PESTA

Blog Image
Ilustrasi pixabay.com

Oleh : Novi  Ayiek 

Namaku D,  orang tua tunggal dengan seorang putri cantik. Putri yang membuatku kuat dari hari ke hari. Putri yang tidak diakui Ayahnya. Putri kecilku itu akan berulang tahun kedua beberapa hari ke depan. Tapi aku belum juga bisa mempersiapkan perayaan ulang tahun yang dimintanya.

Niat awalku merayakannya dengan sederhana bersama Ibu, orang tua satu-satunya yang masih kumiliki. Menyiapkan kue kecil dan makan malam sederhana. Tapi malaikat kecil itu meminta menghadirkan kawan-kawan sepermainannya, juga saudara-saudaranya. Sebuah pesta kecil, adalah permintaannya dengan bahasa yang sudah mantap.

Jantung hatiku itu memang sudah pandai berbahasa, menyusun kata sejak usianya setahun lebih satu bulan. Kemampuan yang membuatku kerap tertegun, sebab kata-katanya seringkali mengusik nuraniku.

Tentang Bapaknya, tentang Neneknya, tentang pekerjaanku, tentang dirinya…

Dan tiga hari ke depan ia akan berulang tahun. Tapi aku belum juga bisa mengumpulkan uang untuk pesta yang dimintanya. Bahkan sekadar untuk menyiapkan balon.

Aku bekerja di sebuah media massa lokal di kota ku---kota kecil yang orang-orangnya lebih senang membeli pakaian bermerk daripada membeli koran. Karenanya aku sangat bergantung pada iklan atau kerjasama yang masuk. Dan bulan ini tidak satu pun tawaran kerjasama berhasil kudapatkan. padahal bila ada, hasilnya lumayan. Empat puluh persen dari kerjasama itu akan masuk ke kantongku.

Akhir-akhir ini beberapa media luar mulai memasuki pasar kotaku. Tarifnya tidak seperti mediaku, lebih murah dengan space yang lebih besar. Tak heran memang bila banyak yang kabur.

Dan putri kecilku tidak memahami ibunya tak punya uang. Lagi pula aku tidak hendak mengatakannya. Apapun keinginannya akan berusaha kuturuti.  Nyawa saja pernah kugadaikan demi membawanya ke dunia ini. Apalah lagi demi sebuah pesta ulang tahun kecil yang semarak.

Pernah aku menyinggung perihal pesta itu pada Bapaknya, yang belakangan sering menghubungiku lagi. Walau aku tak sungguh-sungguh berharap ia mengingat ulang tahun anak perempuannya, tapi sakit juga hati ini ketika ia tak hirau, malah berbalik  mengecamku, menuduhku terlalu memanjakan anak, dan menilai itu sebagai pemborosan dan tidak sesuai syariat.

Sejak detik itu aku mengharamkan diri untuk meminta bantuan kepadanya. Tidak di dunia tempat hidupku saat ini, ikrarku dalam hati.                   

Aku pernah berusaha mengajukan pinjaman di tempatku bekerja. Tidak saja secara lembaga, tapi juga secara pribadi, mengingat pemiliknya cukup akrab dan mengetahui perjalanan hidupku.                     

“Koran kita mulai turun penjualannya sejak setahun ini. Kau tahu banyak media bermunculan sekarang. Belum lagi televisi lokal.”  A, Bos ku itu mengeluh.

Aku tahu, aku paham.                   

“sudah berkali-kali aku menambah modal, tapi hasilnya tidak juga membaik.” Ia sudah menjual propertinya untuk mendanai hidup Koran ini, dan tentu saja karyawannya yang setiap bulan butuh menafkahi anak istri mereka.                   

“kalau sampai akhir bulan tak juga membaik. Aku memutuskan untuk menutup saja koran kita.”         

Aku menarik nafas berat. Artinya tidak akan ada upah untuk bulan berikutnya. Bulan depan masih akan ada, juga mungkin pesangon seadanya, tapi entah bertahan sampai di mana. 

“Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk teman-teman yang lain. Karena setelah membayar gaji besok saja, kita tidak akan punya apa-apa.”                  

Aku tidak lagi mendengar keluh kesahnya. Aku tak bisa membantunya berfikir, pada kondisiku seperti ini. Aku lebih memikirkan pesta ulang tahun yang sudah kusanggupi.                  

Lalu, ulang tahun itu dua hari lagi. Aku masih belum bisa sekadar membeli topi kertas. Sudah banyak kawan yang kudatangi untuk meminjam uang. Tapi belum ada yang bisa kupinjami.                 

Ini memang akhir bulan, ketika banyak orang sudah tak lagi memiliki uang untuk dihabiskan, apalagi dipinjamkan kepada orang lain. Bila saja minggu lalu Ibu tak masuk Rumah Sakit, tentu kami masih punya simpanan untuk pesta ulang tahun itu. Tentu tak perlu pula sampai menggadai perhiasan dan BPKB motor.

Menyesal juga aku tak ikut asuransi kesehatan. Namun segera kutepis sesal dan memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang.

Dan hanya ada jalan buntu.

Sempit seperti ini membuat manusia seperti diriku akhirnya pulang pada Tuhan, Sang Pencipta dan penguasa segala. Sebelumnya, apa yang fardhu saja tak lengkap, tak tertunaikan dengan khusyu. Tapi bila sudah begini yang sunnah kemudian menjadi fardhu.

Betapa memalukan, aku mencela diri. Tapi kemudian tak peduli.

Aku mengeluh, meminta, merengek, setengah memaksa pada Tuhan, untuk mengeluarkanku dari jalan buntu ini. Tak peduli bila harus melewati titian layaknya titian serambut dibelah tujuh, akan kutunaikan, bahkan meski harus merangkak, menyeret diri. Bahkan bila neraka berkobar di bawah kakiku. Juga tata surya menghimpit kepalaku.

Lalu aku memasrahkan diri, menyerahkan segenap jiwa raga pada Yang Kuasa. Seluruh otot dan sarafku mengendur. Aku menjadi begitu ringan,  melayang menembus atap rumah yang sudah bocor di beberapa tempat itu.

Terbang menari-nari menyentuh kapas-kapas putih yang mengapung di langit biru, merasakan matahari hangat menyentuh kulitku yang terbakar setiap hari. Aku bersayap emas cantik berkilau, terbang menuju matahari.

Matahari tak pernah bersahabat karib denganku. Bersembunyi di bawah atmosfer saja dia sudah menciptakan titik-titik hitam di wajahku yang tak terlindung tabir surya. Apalagi bila mendekat di hampa udara mengunjunginya.

Benar saja, semakin dekat, ia membakar sayapku. Aku terjun bebas dari ketinggian, meluncur laksana meteor, memasuki atmosfer, terbakar…

………

Pesta Ulang Tahun itu hari ini.

Puluhan anak berbaju rapi duduk melingkar di ruang tamu rumah kami yang sederhana. Putri cantikku berada di tengah dengan sebuah kue ulang tahun berpondan serupa strawberry, manis dan asam menyegarkan. Buah kesukannya.

Wajah mungilnya memancarkan cahaya bintang, senyumnya membuat wajah kanak-kanaknya terlihat melebihi usianya.

Dan musik dimainkan, lalu lilin ditiup, kue-kue dibagikan. Ibuku, Neneknya, mendampingi dengan senyum yang tak kalah sumringahnya. Ini ulang tahun cucu satu-satunya, cucu kesayangan.

Aku tak kuasa menahan diri, air mataku bergulir jatuh. Kudekap keduanya, erat… Putri kecil itu kemudian mencium pipiku bertubi-tubi. Aku menjadi ibu paling berbahagia di dunia ini.

Lalu bayangan sosok lain datang di pengelihatanku. Mereka membagi senyum ramah tak kalah bahagia denganku. Bayangan-bayangan baik hati yang berdiri seolah dengan cahaya putih di puncak kepalnya. Malaikat-malaikat penolongku. Dewa-dewi kebahagian yang menunjukkan wujudnya.

Sepasang sahabat karib yang tiba-tiba datang dari negeri seberang. Mereka menghadiahkan pesta ini demi membayar waktu yang terlewatkan karena jarak yang membentang. Membayar rasa bersalah karena merasa menelantarkanku dan putriku, meski sesungguhnnya mereka tak punya andil terhadap apa yang ku alami dalam hidupku beberapa tahun terakhir.

Begitu sederhana pemecahan masalah yang membuatku hampir putus asa ini. Semua membuatku percaya Tuhan sungguh berkuasa atas langit dan bumi dan seluruh yang hidup, juga mati, di atasnya.

Seperti cerita sinetron, semua berakhir bahagia, untuk hari ini… untuk episode pesta ini…

Aku percaya, ada esok lain yang akan kujalani, cerita lain yang entah berakhir seperti apa. Tapi setidaknya aku punya Putriku, Ibuku, dan sahabat-sahabat terbaik di sisiku. Juga Tuhan yang aku percaya tidak pernah meninggalkanku.(*)

( satunusa.co menerima karya sastra berupa Cerpen dan Puisi. Kiirmkan ke email:satunusa.co@gmail.com, dan setiap karya yang dipost. akan mendapatkan imbalan dan souvenir sepantasnya )

 

 

 

Recent Post

blog image
UMUM

Pelantikan PC NU Lotim Berlangsung Khidmat

SATUNUSA.CO, LOTIM-Pj. Bupati Lombok Timur H. Mohammad Juaini Taufik menyampaikan terima kasihnya atas kerja sama yang telah terbangun dengan pengurus cabang Nahdatul Ulama (NU). Kerja sama seperti...

blog image
PEMERINTAHAN

Evkin Terakhir, Pj. Bupati Sampaikan Capaian Peningkatan PAD

JAKARTA- Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lombok Timur tahun 2024 meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 58,94% menjadi 80,47%.

Tahun 2024 tercatat PAD Lombok Timur berhasil terkumpu...

blog image
UMUM

Pemkab Lotim Apresiasi Capaian Dayama

LSATUNUSA.CO, LOTIM- Atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, Pj. Bupati H. Muhammad Juaini Taofik menyampaikan terima kasih atas dedikasi dan peran serta Pondok Pesantren  Darul Yatama Wa...