SATUNUSA.CO, LOTIM - Alunan Budaya Desa V Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur mulai dibuka sejak, Ahad (8/9/2019) lalu. Kegiatan ini menampilkan beragam atraksi seni termasuk diantarannya tradisi Boteng Tunggul, sebuah tradisi sakral yang biasa dilaksanakan di upacara adat gawe desa.
Boteng berarti berdiri. Sedangkan Tunggul bagi masyarakat setempat adalah kain tenun tua, berusia ratusan tahun yang dibuat pertama kali oleh tokoh tenun setempat yaitu Lebai Nursini. Kini kain tersebut sudah berada di tangan generasi, pewaris ke - 17.
Dalam upacara ini, kain tunggul dibawa oleh pewaris. Diikat di pohon bambu dan berdiri seperti umbul umbul. Saat pohon bambu berdiri dan tanggul dikibarkan diiringi dengan seni tradisional sasak yaitu Gendang Beleq dan kesenian Rantok. Tradisi ini sebagai cermin sejarah perjalanan tenun Pringgasela.
"Jadi kami menganggap ini adalah tenun Pringgasela dimana kami sadar bahwa kami dilahirkan dengan tenun. Kami sadar kami disekolah dengan tenun. Dan kami sadar bahwa tenun ini harus kami jaga sampai kapanpun," ungkap ketua panitia Alunan Budaya Desa V, Ahmad Feriawan. Tunggul ini juga sering digunakan sebagai media pengobatan, dengan memanjatkan do'a dan solawat.
Kedepan, ia berharap kegiatan seperti ini bisa didukung pemerintah. Karena hingga Alunan budaya desa V ini, belum ada sufort yang maksimal dari pemerintah daerah terutama provinsi soal dukungan secara materil untuk mendukung rangkaian kegiatan ini.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur, Dr. Mugni berjanji tahun depan kegiatan masuk dalam kalender event Pesona Gumi Selaparang (PGS) yang menjadi brand pengembangan sektor pariwisata di daerah ini. Seluruh tradisi budaya yang dimiliki masyarakat harus dilestarikan dan pelestarian itu ada di Kebudayaan. Karena itu tahun 2020, Pemda akan punya museum perjuangan untuk melestarikan keragaman adat dan tradisi yang ada di masyarakat.
"InsyAllah tahun depan pemerintah akan menyiapkan support anggaran untuk kegiatan ini," ungkapnya.
Hal senada dikatakan Kepala Dinas pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, Rusman, SH, MH. Menurutnya, pelestarian budaya adalah bagian yang harus menjadi perhatian. Budaya, ungkapnya, sebagai cermin dari masyarakat.
"Ini menjadi perhatian kami di Dinas Dikbud, bagaimana kedepannya kita bisa mencari format yang baik sehingga budaya yang dimiliki betul betul lestari dan menjadi aset yang berharga," ujarnya.
Di sekolah, Jelas Rusman, kekayaan budaya NTB sudah mulai masuk sebagai pelajaran muatan lokal. Bahkan khusus untuk tenun, SMKN 2 Selong membuka jurusan khusus terkait kerajinan tenun. Ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat.
Selain Upacara adat boteng tunggul, Alunan Budaya Desa V yang dilaksanakan selama 8 hari mulai dari tanggal 8 sampai 16 September 2019 ini, menampilkan beragam atraksi seni seperti fashion show kain tenun, pameran UKM dan tari tenun.
Kerajinan tenun sendiri menjadi khas Pringgasela. Produk tenun yang dihasilkan tak hanya beredar di Nusantara, tapi mulai menembus pasar dunia. (RM)