SATUNUSA.CO, LOTIM - Bupati Lombok Timur H. Sukiman Azmy menetapkan tanggap darurat penanganan bencana kekeringan, sejak 9 September 2019. Penetapan ini menyusul meluasnya titik kekeringan yang sebelumnya hanya 4 kecamatan menjadi 7 kecamatan dan 37 desa.
"Benar, Pak Bupati sudah meningkatkan status penanganan kekeringan dari siaga menjadi tanggap darurat," jelas, Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Lotim, Lalu Rusnan, Kamis, (26/9/2019).
Status tanggap darurat ini, ungkapnya ditandai dengan kunjungan lapangan, kemudian kemarau panjang atau hari tanpa hujan, debit air mulai berkurang dan permintaan air bersih dari warga meningkat. Situasi kemudian sebagai dasar kepala daerah menyatakan status kedaruratan itu.
Kekeringan tak hanya di wilayah yang biasa menjadi langganan kekeringan tiap tahun seperti Kecamatan Jerowaru dan Keruak. Kini meluas hingga 7 kecamatan yaitu Jerowaru, Keruak, Sakra Timur, Suela, Sambelia dan Sembalun. Sedangkan total warga yang terdampak kekeringan mencapai 5 ribu kepala keluarga.
Akibat kekeringan inu warga pun mulai kekuarangan air bersih untuk kebutuhan sehari- hari. Tak hanya pemerintah daerah, kepedulian pun datang dari berbagai instansi dan komunitas. Mereka menyalurkan air bersih ke warga yang terdampak kekeringan.
Sejak penetapan tanggap darurat, petugas BPBD bersama sejumlah SKPD mulai menyalurkan air bersih ke warga.Tiap hari mereka menerjunkan 12 mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih.
"Sebelumnya banyak pihak swasta yang melakukan pendistribusian, sekarang penyaluran air bersih kami tingkatkan untuk menjangkau seluruh warga yang terdampak," ujarnya.
Pendistribusian ini, lanjut Rusnan dilakukan hingga 90 hari ke depan sampai Desember mendatang, sesuai masa tanggap darurat yaitu 90 hari. Sedangkan puncak kemarau diperkirakan pada bulan Oktober.
Selain distribusi air bersih, Pemerintah pula membangun sumur bor di sejumlah titik sebagai upaya jangka panjang.(sn/rm)