Widiyanto, S.Sos, M.M
Pemerintah adalah sekelompok orang atau organisasi yang diberikan kekuasaan untuk memerintah serta memiliki kewenangan di wilayah tertentu.
Dalam hal ini, pemerintah adalah suatu lembaga atau badan publik yang memiliki tugas untuk mewujudkan tujuan negara dimana lembaga tersebut diberikan kewenangan untuk melaksanakan kepemimpinan. Pemerintah juga melakukan koordinasi pemerintahan serta pembangunan masyarakat dari berbagai lembaga dimana mereka ditempatkan.
Sejalan dengan yang disampaikan Ahli Pemerintahan W.S. Sayre, bahwa pemerintahan merupakan sebuah organisasi suatu negara yang menjalankan kekuasaannya. Sedangkan secara umum, pengertian pemerintahan adalah proses atau cara pemerintah dalam menjalankan wewenangnya di berbagai bidang (ekonomi, politik, administrasi, dan lain-lain) dalam rangka mengelola berbagai urusan negara untuk kesejahteraan masyarakat.
Sementara era sekarang, pemerintahan berada pada titik dimana era digitilasisasi melingkar dalam keseharian, berkembang pesat di tengah masyarakat. Perlahan meninggalkan dunia analog, era bergerak kencang serba elektronik pintar.
Prof.Laode Masihu Kamaludin,Ph.D, ilmuan terkemuka yang juga Guru besar Universitas Trilogi Jakarta menerangkan, era analog diposisikan sebagai generasi X sedangkan era digital mengambil tempat sebagai generasi Y dan Z.
Dua model tersebut sama-sama memiliki ciri khas. Generasi X belum begitu akrab dengan informasi teknologi. Sedangkan generasi Y dan Z sangat tergantung dengan Informasi teknologi digital, bahkan generasi Z masuk di atas milenial.
Ahli sosiologi Karl Mannheniem 1923, dalam teori generasi yang tertuang dalam essai “the problem of generations” mendefinisikan generasi X adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran tahun 1961 sampai tahun 1980. Generasi ini terlahir pada masa gejolak dan transisi global seperti era perang dingin antara Blok Barat dan Bok Timur. Kelahiran ini merupakan awal dari penggunaan personal computer (PC), video games, tv kabel dan internet. Penyimpanan data pun mengunakan floopy disk atau disket.
Sementara itu generasi Y adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1981 sampai tahun 1989 masehi. Generasi ini disebut dengan generasi milenial tahun milenium. Generasi ini sudah mengenal teknologi seperti komputer, video games dan smart phone.
Kata generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada tahun 1993. Generasi ini akrab dengan teknologi komunikasi seperti email, SMS, media sosial seperti facebook, line, instragram, whatsaap dan twitter, generasi ini juga gemar game online.
Sedangkan generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu tahun 1995 sampai tahun 2010 masehi. Generasi ini adalah generasi peralihan dari generasi Y dengan teknologi yang semakin berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari generasi X dan Y. Generasi ini juga disebut generasi net, memiliki kesamaan dengan generasi Y, mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti ng-tweet mengunakan ponsel. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya.
Lalu, bagimana patahan generasi tersebut dalam ruang pemerintahan terutama dalam aktifitas pelayanan publik ?
Masih ingatkah kita, pelayanan publik di masa lalu di era generasi X, banyak menggunakan mesin ketik, kertas buram bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan publik. Itu istimewa. Keuletan dan kerja keras ciri yang menonjol dan patut diapresiasi. Suasana itu sangat relevan pada komunitas masyarakat pada generasi X yang base home-nya adalah analog. Perkembangan informasi teknologi belum tumbuh secara masif, apalagi sebagai daya dukung kerja.
Kini tahun tahun 2025 dan otonomi daerah usianya 29 tahun. Pemerintahan pun harus beradaptasi dengan kebutuhan generasi. Generasi Z sudah mulai dewasa, sebentar lagi akan mengambil alih kendali dunia dari para milenial. Di saat yang sama, generasi baru muncul, para balita itu disebut: Generasi Alpha, generasi abad 21.
Analis sosial-cum-demograf Mark McCrindle dari grup peneliti McCrindle adalah orang pertama yang membuka topik ini: tentang nama generasi yang lahir di abad 21. Dalam makalah Beyond Z: Meet Generation Alpha, ia mengungkapkan, generasi berikutnya akan dinamai sesuai abjad. Itu sebabnya mereka yang lahir setelah Generasi Z akan dipanggil Generasi A alias Generasi Alpha. Generasi dimana tahun kelahirannya dimulai dari tahun 2010.
Menurut Mc Crindle, Generasi alpha—yakni anak-anak dari Generasi Milenial—akan menjadi generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta generasi alpha lahir setiap minggu. Membuat jumlahnya akan bengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025.
Semua bicara digital secara masif. Belanja, berkirim kabar secara online, bahkan menyimpan berkas pribadi pun tidak lagi di lemari sempit, melainkan di awan/cloud dengan daya tampung tak terhingga. Perkembangan waktu melahirkan model generasi yang inovatif, kreatif cepat serba online.
Pemerintahan Kontemporer
Pemerintahan dalam menghadapi pelayanan publik milenial, harus memiliki pradigma baru, terencana menyesuaikan dengan era generasi, dinamis, inovatif serta kreatif memanfaatkan informasi teknologi.
Manajemen pemerintahan lebih dimaknai sebagai proses kegiatan melakukan tatakelola atau pengelolaan pemerintahan oleh penyelenggara pemerintah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu meningkatkan kesejahteran rakyat. (budi supriyanto 2009 manajemen pemerintahan).
Menurut Hellen Katrherina dari Nielsen research, generasi Z adalah generasi masa depan. Karena itu penting bagi para pelaku industri, pelaku kebijakan pemerintahan untuk memahami perilaku dan kebiasaan mereka, generasi Z generasi yang lebih serba bisa; lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, lebih wirausahawan, dan tentu lebih ramah teknologi.
Tahun 2025 ini, diperkirakan generasi Z sudah berusia 30 tahun usia sangat produktif bahkan sering ikut pemilu. Itu artinya mereka tumbuh kembang sejak lahir mengenal informasi dan teknologi. Dan populasi tersebut sangat banyak, bahkan menjadi bonus demografi.
Dari segi ekonomi, menurut survey Nielsen, generasi Z sudah mempengaruhi perputaran ekonomi dunia sebanyak 62 persen konsumen pembeli produk elektronik seperti hand phone dan barang elektronik lainnya.
Sementara itu, persoalan masyarakat digital begitu rupa dan banyak bentuk, baik itu di pelayanan dasar, sosial, budaya dan aspek lainnya yang melengket dalam kehidupan masyarakat dan itu harus ditangani oleh pemerintah dengan struktur dan alat kerjanya.
Jika dalam satu tananan masyarakat pemerintah mengatakan tidak ada masalah dan masyarakat baik-baik saja, patut diduga pemerintah tidak menjalankan fungsi pemerintahan yang sebenarnya.
Pemerintah lahir untuk memecahkan masalah. Itulah pemerintahan kontemporer, pemerintahan yang dinamis, inovatif, kreatif dan terus berkembang selurus sebanding dengan kebutuhan generasi.
Pemerintahan harus di-tatakelola dengan kebutuhan publik, melahirkan kebijakan publik yang penuh panutan.
Pelaku kebijakan pemimpin, dengan nilai kearifan yang dimiliki dan lingkungan kebijakan/birokrasi dengan kesigapan aparatur, hendaknya menjadi sebuah lingkungan yang nyaman, ramah dan rajin senyum.
Publik yang dilayani seperti pulang ke rumah mendapatkan tempat bercerita, menemukan jalan keluar yang diharapkan. Bukan lorong gelap yang panjang dan sempit.Memang tidak mudah, ideal menjadi sebuah cita-cita yang hendak digapai.
Melahirkan kebijakan yang sesuai kebutuhan haruslah melalui analisa kebijakan publik mengacu pada analisis dengan mempertimbangkan berbagai aliran masalah, meliputi aspek ekonomi, politik, sosial budaya serta nilai nilai yang bekembang di tengah masyarakat. Semuanya terangkum dalam rekomendasi kebijakan.
Inisiasi konsep sistem pemerintahan berbasis elektronik secara nasional, sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah melalui program Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik ( SPBE) atau yang lebih dikenal dengan e-goverment.
Konsep SPBE berawal dari Instruksi Presiden( Inpres) Nomor 6 Tahun 2001 dan dikuatkan dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2003. Selama kurun waktu satu dekade lebih berupa layanan, program, kebijakan seperti e- KTP sudah dilakukan kendati dirasakan belum maksimal.
Dengan sistem e-goverment masyarakat akan mendapatkan kualitas pelayaanan yang terukur. Kualitas pelayaanan yang tentunya memperhatikan indikator akurasi, kecepatan, kesederhanan dan kepastian. E-goverment akan mengarah pada satu sistem dan manajemen yang efisensi dan lebih transparan.
Di kabupaten Lombok Timur misalnya, melalui Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian mengelola Smart City System sejak Mei 2017 bersamaan dengan 25 daerah di Indonesia. Program tersebut membuka ruang untuk masyarakat mengadukan pelayanan publik via online yang dikenal dengan program Sistem Informasi Pelayanan Pengaduan Terpadu (SIPEPADU) .
Ada lagi Sistem Kehadiran Aparatur Pemertintah (SIKAP) sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kinerja ASN. Selain itu ada program Sistem Bantuan Amanah Rakyat( SIBAT) yang digunakan sebagai gambaran perencanaan pendanaan bantuan sosial. Semua program tersebut berbasis aplikasi informasi teknologi, terkoneksi secara online digital. Dan sistem-sistem lainnya dan semoga berkelanjutan dengan baik. Kini yang terbaru ada Mal Pelayanan Publik ( MPP) yang mengintegrasikan pelayanan publik secara terpadu dalam satu gedung.
Suka tidak suka, tapi menjadi keharusan dari institusi pemerintah untuk lebih masif bekerja dengan sentuhan teknologi digital. Itu semua guna mendekatkan pelayanan kepada publik, terutama berhadapan dengan generasi Z bahkan generasi baru yakni generasi alpha.
Dirgahayu Otonomi Daerah Ke-29 Tahun 2025. (***)
Penulis adalah ASN di Kabupaten Lombok Timur Alumni Magister Manajamen Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (MP2D) Universitas Trilogi Jakarta.