SATUNUSA.CO, LOTIM – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) kembali menorehkan prestasi gemilang setelah dinobatkan sebagai kabupaten terbaik se-Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam penanganan stunting.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Lombok Timur, H. Ahmat, mengungkapkan penghargaan berhasil diraih setelah mendapat penilaian terhadap tiga indikator diantaranya komitmen pemda dalam mendorong percepatan penurunan stunting.
“Kita kemarin mendapatkan penghargaan dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lombok Timur yang terbaik dari sisi pertama, komitmen Pemda dalam arti pemerintah bupati dan DP3KB-nya untuk mempercepat pencegahan stunting. Yang kedua, dari sisi regulasi dan kebijakan. Dan yang ketiga, dari sisi inovasi dan bantuan-bantuan,” jelas, Kamis (04/9).
Meskipun mendapat penghargaan, H. Ahmad mengakuibahwa secara angka, kasus stunting di Lombok Timur masih tergolong tinggi.
Hal ini, paparnya, tidak terlepas dari jumlah penduduk Lombok Timur yang paling banyak dibandingkan kabupaten/kota lainnya di NTB.
“Kalau dari sisi angka memang kita naik karena mau tidak mau kan ini jumlah penduduk yang paling banyak di 10 kabupaten/kota, ya akan berpengaruh kepada jumlah penduduk itu,” imbuhnya.
Selain komitmen dan regulasi, inovasi dalam pemberian bantuan menjadi salah satu aspek yang paling disoroti.
H. Ahmad menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk universitas, donatur, dan sektor swasta, untuk memastikan program bantuan berjalan efektif.
“Bantuan-bantuan itu melalui swasta semua yang kita rangkul, baik universitas, donatur, maupun pihak-pihak lain, sehingga itulah yang ketiga tadi itu adalah memberikan bansos (bantuan sosial) bantuan untuk percepatan stunting itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, salah satu inovasi yang sedang digodok adalah perubahan kemasan dan bentuk makanan tambahan untuk anak-anak dan ibu hamil.
Ia menyoroti anak-anak sering merasa bosan dengan menu yang monoton, seperti telur atau tempe yang disajikan dengan cara yang sama setiap hari.
“Terkadang, anak-anak jenuh. Sehingga, mungkin dirubah bentuk kemasannya, tetapi isinya tetap tahu, tempe, dan mungkin dalam bentuk kemasan yang sifatnya langsung barangkali disajikan dan dimakan,” papar H. Ahmad.
Ia juga mengkritik penggunaan wadah bekal (ompreng) yang dinilai kurang menarik bagi anak-anak. Menurutnya, wadah tersebut seringkali membuat anak-anak enggan makan.
“Kemarin kami turun di beberapa sekolah, ternyata ompreng itu yang buat dia takut makan. Ini juga jadi bahan evaluasi kenapa tidak kemasan yang sekali pakai. Itu kan akan mengurangi beban kerja di dapur juga,” ungkapnya.
Karna itu, dia berharap, koreksi dan usulan dari masyarakat, termasuk terkait pola pemberian dan penyajian makanan, akan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan ke depan di tingkat nasional.
“Harapan kita, sesungguhnya tidak asal hanya menggugurkan kewajiban. Ternyata di sana sini banyak makanan itu dibuang karena tidak menarik,” pungkasnya.
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur berkomitmen untuk terus mengevaluasi dan memperbaiki program-program penanganan stunting agar lebih tepat sasaran, tepat menu, dan tepat cara pemberiannya, demi masa depan anak-anak Lombok Timur yang lebih sehat.(*)