CERPEN

Sepiring Mi Goreng di Ujung Petang

Blog Image
Ilustrasi perempuan menatap senja. Dy.SN

Cerpen: Ani Ds. - - -

Arien merenungi mi goreng di hadapannya yang masih menguapkan panas. Segundukan mi goreng dengan bawang bombay dan daging cincang serta jamur ditaburi daun thyme. Mi goreng itu dilengkapi acar zaitun dan kacang mete cincang. Mi goreng beraroma eropa. Sangat istimewa. Arien tak pernah menemukannya di warung kopi modern lain kecuali tempat ini.

Arien tidak terpukau pada tampilan mi goreng itu sesungguhnya. Aromanya yang gurih dan wangi berbaur aroma minuman di sampingnya saja sebenarnya tidak akan membuatnya mematung seperti saat ini. Ada hal lain yang membuat Arien menatap mi goreng itu begitu lama. Sesuatu yang membawa aroma lain yang lebih kuat. Sesuatu yang membuatnya ingin menghabiskannya dengan cepat, mengecap setiap bumbunya, merasakannya berbaur, dilumat segala enzim di mulut hingga lambung. Tapi di sisi lain Arien hanya ingin memandanginya selama ia bisa. Tak ingin membuatnya menghilang dari piring saji yang dipilih dengan begitu cermat.

Hanya Rey yang bisa melakukannya.

Mi goreng di hadapannya bukan mi goreng istimewa ala resto yang diharapkannya, tapi sekaligus mi goreng yang paling diharapkannya sedunia. Mi goreng yang  tidak hanya membawa aroma rempah, tapi juga sebuah masa yang terpenggal begitu saja.

~***~

Arien mendorong pintu dan terdengar denting nyaring sebuah bel yang dipasang di atasnya. Seseorang melihat ke arahnya dan tersenyum. Arien membalas senyum itu, melepas jaket dan menuju sebuah sofa yang terlihat hangat dan nyaman. Ia meletakkan tasnya di kaki meja kecil yang berada tepat di hadapan sofa berwarna coklat susu itu.

Seorang perempuan berkepang yang menyambutnya dengan senyum tadi datang tak lama berselang, ketika Arien sudah duduk dengan nyaman dan mulai memperbaiki kerudungnya yang terkena hujan. Perempuan itu masih dengan senyum yang seolah terpahat selamanya di bibir merahnya.

“Hujan di luar lebat sekali,” sapanya sambil menyodorkan daftar menu.

Arien tersenyum mengangguk dan meneliti daftar yang disodorkan padanya. Ia langsung ke minuman. Matanya terhenti pada sebuah “lemon grass with ginger” yang tak ia perhatikan depannya. Arien menyebutkannya. Perempuan itu mengangguk mengerti menuliskan pada catatannya. Lalu  Arien berpindah ke makanan. 

“Mi goreng,” serunya asal. Kali ini tanpa memperhatikan rincian di belakangnya. Ia tak terlalu berniat makan.

Perempuan itu mencatat lagi, memintanya untuk menunggu dan berlalu menyisakan senyum buat Arien. Sebuah senyum tulus, bukan semacam senyum yang diperlihatkan Teller di bank yang diiringi kalimat sama dengan nada datar, seolah mereka robot dengan kecerdasan artifisial. Arien membalas senyumnya.

Matanya lalu berkeliling tempat itu. Ini pertama kali ia mampir. Biasanya ia melewatkan begitu saja kesempatan duduk di tempat ini karena cukup banyak tempat serupa dalam perjalanannya dari rumah ke kantor.

Tempat yang tidak terlalu luas ini sepi. Pengunjung hanya ia seorang. Padahal biasanya tempat parkirnya selalu penuh. Keramaian. Alasan mengapa ia tak pernah ingin singgah sebelumnya.

Tempat ini ditata seperti sebuah ruang keluarga yang hangat dan nyaman, di mana semua menyatu dan melebur. Ada dinding-dinding dengan rak buku yang terisi penuh, juga lukisan, sketsa, dan foto. Lalu banyak tempat duduk yang dipastikan akan membuat siapa saja betah berlama-lama. Banyak sudut yang memberikan kesan intim yang kuat. Pencahayaannya mendukung suasana itu. 

Sebuah bunyi dari gawainya memutus penjelajahan Arien. Mata dan tangannya sibuk menemukan telpon pintar dari ruang dalam tasnya. Setelah mengaduk-aduk beberapa jenak ia mendapatkannya dengan dering yang sudah terhenti. Sebuah telpon dari ibu.

Arien hendak menelpon balik, tapi ia teringat pesan ibu tadi pagi.

“Usahakan pulang cepat, keluarga Andri akan makan malam bersama kita.”

Arien menghembuskan nafas. Paling-paling ibu hendak mengingatkan itu lagi. Malas, diurungkan niatnya. Diletakkannya telpon itu di atas meja. 

Keluarga Andri tidak hanya akan makan malam biasa seperti yang sudah-sudah. Mereka akan membahas rencana pertunangannya dengan Andri. 

Andri… Arien menarik nafas berat. Lima tahun yang panjang. Melelahkan. Anak manja yang kekanakan. 

Nafas berat lagi. Andri… Ah, andai…

Lalu tiba-tiba saja hidungnya disergap aroma yang begitu akrab. Perempuan dengan senyum tulus itu dihadapannya mengangsurkan pesanannya: segelas minuman dan sepiring mi goreng.

“Silahkan dinikmati,” masih dengan senyum yang terlihat sampai ke matanya.

Arien mengangguk kaku. Seluruh inderanya seolah tertancap pada sepiring mi goreng di hadapannya. Arien merasa terpelanting ke masa tujuh tahun lalu dengan mesin waktu berwujud mi goreng beraroma pasta.

~***~

“Kamu makan, ya?” Rey memegang tangannya.

Arien menggeleng, “males.”

“Ntar sakit. Semalam katanya juga nggak makan,”

“Nggak pengen aja makan,”

“Aku masakin, ya?”

Arien menggeleng sekali lagi.

“Aku buatin yang spesial,” bujuk Rey tak menyerah.

“Spesial kaya gimana?”

“Se-spesial kamu?”

Arien terkikik dan akhirnya mengangguk.

Arien akhirnya menunggui Rey membuat mie, dari menguleni adonan hingga membuatnya menjadi bentuk pipih panjang tak terputus, merebusnya, menyiapkan bahan-bahan lain. Arien menunggui sambil bertanya cerewet.

“Kenapa nggak pakai mi yang sudah jadi aja, sih?” tanya Arien yang tak sabaran.

“Kan ini spesial, sayang,” jawab Rey memamerkan senyum.

Arien tertawa,”tapi jadinya kan lama. Udah laper banget, ini…”

Rey hanya tertawa 

Dia memang selalu tertawa menanggapi Arien yang cerewet. Jarak usia mereka yang terpaut cukup jauh membuat emosi keduanya cenderung berselisih jalan. Tapi mereka pasangan bahagia yang romantis.

Rey sering mengajaknya makan malam dan menyiapkan sendiri menunya. Di atas atap, di tepi danau, di banyak tempat yang hanya ada mereka berdua. Arien yang waktu itu masih SMA berbunga-bunga dengan semua perlakuan itu. Rey selalu membuat menu khusus untuknya. Spesial dengan bumbu cinta yang manis.

Dan kali ini menu spesialnya adalah mi goreng dengan jamur dan daging cincang serta bawang bombay. Aromanya menjadi berbeda dengan daun thyme yang dipetik dan ditaburkan di atasnya. Sudah itu acar zaitun dan taburan kacang mete cincang yang menambah kekhasannya.

Rey biasanya akan menungguinya makan sampai habis. Arien bukan tipe yang suka makan, memasak untuk Arien adalah salah satu cara Rey membujuk gadis itu. Dan selalu berhasil. Tapi mi goreng ini sedikit berbeda.

Arien tak pernah puas satu porsi!

Kecuali malam itu. Malam di bawah pohon banyan di halaman depan rumah Rey. Terakhir kali Arien menikmati mi goreng itu. 

Itu adalah malam ulang tahun ke 18 Arien. Rey menyiapkan mi goreng untuknya. Mi menurut leluhur Rey yang orang Cina, melambangkan umur panjang. Itu adalah doanya untuk Arien. Ia juga menyelipkan sesuatu pada mi itu.

Arien menemukannya sebelum mi itu tandas seperti biasa. Sebuah cincin perak bermata berlian. Rey melamarnya. Arien kehilangan kecerewetannya. Ia menutup mulut dengan telapak tangan dan hanya mengangguk sebelum akhirnya cincin itu diselipkan Rey di kelingkingnya. 

Dan mi itu tak pernah habis. Arien terlalu kenyang oleh rasa. Rasanya penuh oleh bahagia. Bahkan bila seandainya ada yang menyedot seluruh oksigen di bumi ia tetap akan hidup dan bernafas lega.

Tapi bahagia Arien hanya sampai pagi berikutnya ketika Rey menelponnya mengucapkannya selamat pagi. Siang hari ia sudah tak mendengar kabar Rey. Bahkan sampai seminggu, sebulan, setahun, enam tahun,.. sampai sekarang.

Rey dan keluarganya hilang begitu saja sejak Mei'98.

~***~

“Kau sudah tidak suka lagi sepertinya,”

Arien tergagap. Kepalanya berat untuk diangkat dari menekuri mi goreng yang berganti-ganti cincin perak di kelingkingnya.

Seseorang berjongkok di depannya, memaksa Arien untuk melihat kehadirannya.

Rey.

“Kau semakin cantik,” desisnya,”hampir tak kukenali.” Ia menunjuk kerudung Arien.

Arien tergugu. Melihat lagi wajah itu, tatapan itu. Tatapan yang selalu membuatnya hangat dan nyaman. Juga lengan yang bersidekap itu. Lengan yang membuatnya merasa aman dan tentram, di mana pun.

“Aku tahu kau akan memilih duduk di sini.”

Kemana saja ia selama ini? Tak tahukah ia Arien menunggunya sampai nyaris putus asa, hilang akal? Pertanyaan itu berputar di kepalanya.

Rey menarik tangannya dan melihat cincin di jari kelingking Arien. Menciumnya pelan dan lembut.

Arien menahan nafas, meyakinkan diri tak berhalusinasi akibat menghirup terlalu banyak aroma thyme dari mi goreng. Tapi sejak kapan thyme menyebabkan halusinasi? 

Rey menancapkan lagi tatapan penuh ketentraman itu.

Seolah ada gelombang badai besar yang membuatnya hanyut, terbenam tak mampu bergerak, bahkan bernafas. Arien terpaku di tempatnya. Sejuta badai rasa itu datang menggempur, membobol pertahanannya, menciptakan kristal-kristal yang segera mencair, meleleh di pipinya.

“Hey,” Rey berdiri menggapai dan merengkuhnya.

“Aku kangen,”

“Aku sekarat merindukanmu,” bisik Rey, “kau terlambat satu hari, aku akan mati sebagai pembuat mi goreng yang gagal,” tambahnya sambil tertawa kecil. 

Arien memeluk tubuh itu erat, menenangkan seluruh rasa yang bergolak laksana magma yang mendesak hendak keluar. Sebuah pelukan yang sanggup menyatukan lagi semangat hidupnya yang terus menjauh. Sebuah pelukan yang mengumpulkan lagi semua kepingannya. Rey menghujaninya dengan ciuman di kening, memeluknya lebih erat. Lama. Lama, sampai hujan berubah rintik. Lama, sampai mi goreng beraroma pasta itu kehilangan uap panas, kedinginan dan tak diinginkan.

Akhirnya mi goreng itu tak habis sekali lagi, mengalah pada rasa yang terlalu berat bersusun bertumpuk terlalu lama. **

 

Recent Post

blog image
UMUM

Menteri Komdigi Berjanji Bakal Dukung Ekosistem Digital di NTB

SATUNUSA.CO, Jakarta-Digitalisasi di daerah dan blankspot menjadi topik yang dibahas Gubernur NTB Terpilih Dr H.L.Muhamad Iqbal (LMI) ketika bertemu Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya ...

blog image
KESEHATAN

Terobosan Atasi Tunggakan Iuran, BPJS Kesehatan Sempurnakan Program Cicilan dan Endowment Fund

SATUNUSA.CO,JAKARTA - BPJS Kesehatan terus berinovasi dalam memberikan kemudahan bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memiliki tunggakan iuran. Sebagai langkah strategis, BPJS Kesehat...

blog image
PEMERINTAHAN

Fokus Group Diskusi Bicara Pemerintahan Smart

SATUNUSA.CO- LOTIM-  Mengawali bulan Februari, Pj Bupati Lombok Timur  H. Muhammad Juaini Taofik menjadi narasumber pada kegiatan Kopi Darat (Kopdar) Fokus Lombok Timur dengan tema &ldquo...