SATUNUSA.CO, LOTIM - Sembalun dikenal dengan alamnya yang indah. Di luar pemukiman, kemanapun arah pandang dimanapun berdiri mutlak keindahan yang tidak ada habisnya.
Tapi, kegelisahan itu muncul saat berada di dalam pemukiman penduduk - desa yang mengarah kepada kurang terurus tertata denga baik, seperti bukit Selong dengan latar belakang rumah adat yang roboh berantakan. Belum lagi antara Bumbung dan Lawang tempat yang cocok untuk rumah kopi dan homestay, pemandangan depan hamparan persawahan yang terancam pembangunan gubuk-gubuk di seberang jalan.
Hal tersebut dilontarkan oleh pemerhati pariwisata Sembalun Akhmad Moegni, melihat kondisi sembalun saat ini.
"Banyak bangunan indah di pinggir jalan, tapi tengoklah ke dalam di tengah-tengah pemukiman penduduk, harusnya pembangunan pariwisata mlihat itu dan masuk ke lebih dalam lorong-lorong kecil pemukiman penduduk. Sentuh itu, biar terintegrasi satu sama lain," tegas bang Med yang pernah menjabat sebagai Kabag humas Pemkab Lotim tersebut.
Menurutnya, bila menegok kondisi sekarang ini, pemerintah pemangku kebijakan harus mengambil peran besar untuk tata kelola pariwisata yang tetap mempertahankan kearifan Sembalun. Bagaimana jadinya kalau seberang jalan di kawasan hotel antara Sajang sembalun penuh bangunan, maka gagahnya keelokan Rinjani akan kacau tertutup bangunan.
"Kesimpulan saya dimana yang namanya master plan pembangunan kawasan destinasi wisata sembalun? siapa yang bisa berbicara tentang tata kelola ya, penguasa kebijakan," ujarnya.
Ia menambahkan, Sembalun tidak bisa diurus parsial oleh masing-masing desa. Sembalun sebagai satu kesatuan kawasan perdesaan yang termaktub dalam Kawasan Strategi Pariwisata Nasional, mustinya pemerintah daerah segera memikirkan badan pengelola destinasi Sembalun.
Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran pada Dinas Pariwisata Lombok Timur Muhir menjelaskan, Lombok Timur dalam pengembangan destinasi pariwisata dibagi menjadi tiga zona dan wilayah kecamatan Sembalun, Pringgabaya, Sembalia masuk dalam destinasi berbasis Konservasi.
Baca juga : Data Survei: 2020 Semakin Banyak Orang Indonesia yang Pelesiran
Terkait dengan Sembalun kata Muhir, memang terjadi efek pembangunan saat ini yang bisa saja berdampak terhadap keindahan dan panorama alam, karena itu pihaknya telah berkordinasi dengan pihak lain termasuk Dinas Pemberdayaan Masyrakat dan Desa, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Lombok Timur, untuk sama-sama mendorong pembangunan yang berorientasi sapta pesona berbasis kemasyarakatan.
"Pembangunan tidak boleh merusak alam dan panorama yang indah, kami terus berkoordinasi menciptakan sapta pesona berbasis kemasyarakatan, terutama di pembanguanan desa dan tata kelola pemukimanan," ujarnya.
Terkait dengan bale belek Sembalun yang saat ini rusak parah, menurut Muhir bukan wewenang dinas pariwisata, melainkan di kebudayaan. Memang diakui dengan kondisi bale belek saat ini berdampak pada promosi pariwisata .
" Bale belek bukan di dinas pariwisata namun di dinas lain yang kelola kebudayaan,"tuturnya. (Rm.SN)