SATUNUSA.CO, LOTIM - Berbagai infrastruktur yang dibangun pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Lombok Timur mulai disarakan manfaatnya oleh para petani.
Akses petani makin mudah karena jalan usaha tani, kebutuhan air di musim kering tetap mengalir karena ada sumur dangkal, pompa, dam parit dan saluran irigasi air yang memadai.
Program sumur dangkal misalnya, tahun ini Dinas pertanian berhasil membangun 8 sumur dangkal yang kedalamannya 1 sampai 50 meter di 8 titik yang tersebar di 7 Kecamatan di Lombok Timur. Salah satunya adalah di wilayah Peneda Gandor Kecamatan Labuhan Haji. Sumur dangkal ini bisa mengairi 30 sampai 70 are lahan persawahan perhari.
”Saat ini baru bisa mengairi 30 are karena kondisi lahan sangat kering. Tapi kekuatannya bisa mengairi hingga 70 are pe hari karena pernah kita coba, selama 24 jam airnya tidak berkurang,” ujar Fahrudin, salah seorang Petani di Desa Peneda Gandor, kecamatan Labuan Haji, Sabtu, (28/12/2019).
Dia mengungkapkan, fasilitas pertanian ini sangat membantu petani, apalagi musim kemarau panjang seperti saat ini. Bagi petani, tutur Fahrudin sarana ini sangat membantu dalam meningkatkan hasil produksi mereka.
Ada 4 komoditas yang biasa ditanam di wilayah ini dengan pola tumpang sari yaitu padi, cabe, tembakau dan tomat. Semuanya, tentu membutuhkan air hingga bisa panen.
Peningkatan produksi pertanian tidak lepas dari daya dukung infrastruktur yang memadai terutama irigasi pertanian. Irigasi yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi.
”Lancarnya irigisai ini, insyallah produksi meningkat. Pada saat seperti ini (musim kemarau) sumur air dangkal inilah yang paling bisa dimanfaatkan," jelas Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian Lombok Timur, Lalu Fathul Kasturi.
Selain itu, keberadaan irigasi termasuk sumur dangkal, jelasnya sebagai upaya untuk meningkatkan Indek Penanaman (IP) dan sekarang rata rata petani melakukan penamanan dua kali karena didukung dengan sistem irigasi yang baik.
Dia mengatakan, Tidak semua pola pengairan seperti bisa dilakukan, ada pula dengan pendekatan embung rakyat, misalnya di wilayah Selatan. Kenapa, karena kultur tanahnya yang berbeda sehingga harus menggunakan embung untuk menampung air.
”Konsepnya, panen air di musim hujan dan penggunaannya di musim kering, sekedar untuk menyiram atau menambah IP meski sekedar menanam jagung atau komoditas lainnya," ujarnya.
Irigasi lainnya lanjutnya adalah, membangun pompa air di sejumlah titik yang memiliki sumber air tetap, mengalir sepanjang waktu. Salah satunya dibangun di areal kokoq Tojang desa Lendang Nangka, kecamatan Masbagik. Ada lagi yang tak kalah penting lagi adalah jalan usaha tani yang dibangun di sejumah tempat untuk memudahkan akses dan mengurangi biaya produksi. Misalnya yang dibangun di Pemongkong kecamatan Jerowaru.
Jalan sepanjang hampir 1 km ini bisa mengurangi kos produksi, biaya angkut hasil panen.
"Dulu petani harus mengeluarkan biaya angkut 5 ribu rupiah, sekarang cukup seribu rupiah. Ini salah sah satu manfaat dari jalan usaha tani," ungkapnya.
Sepanjang tahun 2019, dinas pertanian menghabiskan 12 miliar lebih untuk membangun sejumlah infrastruktur pertanian meliputi 17 embung, 7 Dam Parit, 8 sumur dangkal, 13 paket jalan usaha tani, puluhan kilometer jaringan irigasi tersier yang langsung ke sawah petani.
Infrastruktur pertanian terutama irigasi tersier diakui masih jauh dibanding jumlah lahan sawah yang mencapai 48 ribu hektar yang terbentang di sejumlah wilayah di Lombok Timur.
Hal ini tegasnya akan terus menjadi perhatian Pemerintah, disamping apa yang sudah dibangun bisa dirawat dengan baik oleh petani.
"Masyarakat harus bersyukur, caranya adalah dengan memanfaatkan bangunan yang diberikan dengan baik dan memeliharanya," tukasnya.(*Rm.SN)