Terlihat pedagang sibuk membungkus pesanan di Warung Ikan Bakar Fanny Labuhan Haji.

Menyenangkan, Masih Situasi Pandemi Ekonomi Mulai Menggeliat

SATU porsi ikan bakar kakap merah, plus terong bakar. Menyambut saya Minggu pagi, 7 Maret 2021 di kawasan kuliner Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji.

Kawasan yang boleh dikatakan sebagai peyangga, memperkuat identitas Labuhan Haji dengan destinasi wisata objek pantai dengan kuliner seafood.

Pusat kuliner ini tidak jauh dari Selong, ibukota Kabupaten Lombok Timur. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, tempat ini begitu ramai, sirkulasi ekonomi berputar dengan lancar. Rantai pasok barang berjalan dengan baik. Price, place dan produk menjadi satu kesatuan bauran pemasaran  yang menjanjikan. Saling memuaskan. Selesai makan, konsumen nyaman dan kenyang, produsen tersenyum.

Sebelum pandemi, pesanan ikan sekian box styrofoam datang baik dari Tanjung Luar maupun Labuhan Lombok. Hasil tangkapan nelayan Labuhan Haji, ternyata tidak cukup memenuhi suplay kebutuhan. Warung ikan bakar Fanny misalnya, sebelum pandemi pesanan ikan segar tiap pekan tidak kurang dari 5 hingga 10 box. Saat puncak laku laris manis, bahkan bisa mencapai 15 box. Tiap box terdiri dari 30 Kg ikan segar. Itu baru satu lokasi yakni ikan bakar Fanny. Bayangkan, jika terdapat 15 lokasi pedagang dengan rata-rata 5 box saja tiap pekan, maka akan ada 75 box ikan segar dikalikan 30 Kg, maka terdapat angka 2.250 Kg (dua ton lebih). Jumlah yang cukup besar bukan ?

Namun, kondisi itu tidak berjalan tetap, angin tidak selamanya berhembus ke depan. Pandemi Covid- 19 melanda  dengan waktu yang sangat panjang munguras material dan moril, membuyarkan statistikal yang menarik itu.

Pandemi telah merubah segalanya. Pasar ikan kuliner tidak selaris manis dulu, bahkan nyaris sepi dan di hari-hari tertentu betul-betul sepi. Ikar bakar Fanny pun istirahat total, sepi pembeli. Jelas, berdampak pada ekonomi keluarga.

Sangat sulit. Ekonomi masyarakat bisa dikatakan terpuruk. PHK banyak dilakukan. Orang tinggal di rumah/ stay at home tidak bekerja, kalangan tertentu bisa bekerja dari rumah/work from home, jaga jarak dilakukan dengan ketat, tidak boleh berkerumun. Di beberapa tempat jam malam diberlakukan, dan lainnya yang sifatnya membatasi pergerakan. Tujuannya baik, menekan penyebaran Covid. Saat bersamaan pendapatan dan lapangan kerja berkurang dan bahkan hilang. Jualan sepi pembeli. Cukup lama kondisi itu berlangsung, bukan sepakan dua pekan.

Menyadari itu, berbagai program strategis dalam bentuk karikatif digulirkan pemerintah, mulai Jaring Pengaman Sosial (JPS) kabupaten, Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah desa dan jenis bantuan konsumtif lainnya. Tujuannya membantu masyarakat terdampak pandemi walaupun sifatnya temporer.

Era kenormalan baru (new normal) membawa peluang untuk keluar dari kondisi masa kritis. Ikan bakar Fanny mulai buka dan berjualan. Disadari situasi belum benar-benar normal.  Hanya satu box berani dipesan. Itu pun tidak laku semuanya, satu dua orang yang datang, sebentar dan pulang.

"Saat pandemi, kita tidak ada harapan, tidak ada pembeli. Sekarang mulai ada, walau satu dua tidak seramai dulu, kita berharap kedepan semakin ramai kayak dulu," harap Inaq Fanny, pemilik warung Fanny.

Nampaknya, masyarakat, kita semua sudah terbiasa dengan corona. Mungkin istilah berdamai bisa menjadi pilihan yang tepat. Itu pun sering didengungkan pemangku kebijakan. Covid-19 jalan terus, ada di sekitar kita bahkan setiap hari nyaris ada terkonfirmasi positif, namun hidup harus terus berjalan dan tidak boleh menyerah. Saat keluar rumah, mulai terbiasa pakai masker, cuci tangan. Interaksi satu sama lain terjadi.

Prilaku itu membuat simpul-simpul ekonomi mulai menggeliat. Kendati tidak sekencang harapan dalam posisi normal. Transaksi jual beli mulai terlihat. Ikan bakar Fanny mulai melayani banyak pembeli.

Pagi itu, saya menunggu lumayan lama pesanan ikan kakap merah. Karena lama, waktu saya maafatkan untuk menulis cacatan ini. Di awal sebelum saya memesan, sekitar 3 pembeli antri bersama saya. Itu sekitar pukul 08.15 Wita. Tergolong siang, bagi penikmati sunrise di Labuhan Haji. Sunrise yang indah, dengan matahari kuning keemasan, ombak yang tenang belum lagi pasir hitam yang ekseotis menambah indah dan menawan suasana pagi di Labuhan Haji. Sayang, suasana itu saya lewatkan, agak siang ke Labuhan. Dan memang ingin sarapan saja sebenarnya, hmmm.

Oya, kembali ke ikan bakar. Bukan saja Inaq Fanny yang jualan di Minggu pagi. Saya liat dari kejauhan banyak pedagang yang serupa, sibuk melayani pembeli dengan kondisi antri juga. Mungkin adanya loyalitas konsumen yang kuat, pelanggan akan nyaman makan di tempat-tempat langganan tertentu. Mereka(pedagang) menyakini, rezeki sudah diatur Tuhan dan rezeki pula tidak bisa tertukar.

Sebenarnya, secara keseluruhan rasa bumbu ikan bakar hampir sama, kendati secara acak saya pernah cicipi lebih dari satu tempat ikan bakar di Labuhan. Mulai dari inisiatif sendiri, bersama keluarga, diajak teman, bahkan jadi guide tamu-tamu lokal yang ingin menikmati ikan bakar khas. Ya, sejenis temanin orang makan. Hanya saja, ada bumbu kuning rajang berkuah khas Labuhan Haji. Ada bumbu kuning rajang ikan kerapu, menu favorit. Rasanya sangat gurih. Tidak semua lokasi terima pesanan menu bumbu kuning. Nah, ikan bakar Fanny agak komplit.

Setelah dari ikan bakar Fanny, saya  menguatkan kesimpulan. Apakah benar pedagang ikan bakar yang berjejer sibuk dengan asap mengepul ? Saya mulai berjalan ke arah selatan finish di SPBU Nelayan. Dan benar, banyak pedagang yang ramai melayani pelanggan.

Potret itu semakin menyakinkan saya, bahwa betul keadaan mulai normal dan berdamai dengan corona. Pedagang mulai tersenyum. Ada secercah harapan, kita akan benar-benar normal dan ekonomi bisa berputar seperti dahulu.

Jika lebih jauh lagi, bukan saja pedagang ikan bakar yang diuntungkan saat ekonomi mereka membaik. Ada sekian orang yang bekerja di warung itu. Entah family kerabat atau orang lain. Yang pasti mereka akan mendaptkan dampak secara ekonomi dari siklus ekonomi yang baik dan sehat. Saya juga belum menghitung parkir, minuman ringan, snack dan menu pembuka lainnya.

Jadi, dengan berbelanja di warung-warung dan pusat ekonomi lainnya, secara tidak langsung kita sedang membantu ekonomi menggeliat dari tidur panjang karena pandemi.(widiyanto) 

Whatsapp