SATUNUSA.CO, LOTIM - Ribuan warga mengikuti parade dulang, guna memeriahkan Hari Jadi ke 124 Lombok Timur, Sabtu siang (31/8/2019).
Sekitar 1500 dulang ditutup tembolaq merah, dibawa ribuan perempuan sasak Lombok Timur. Mereka menggunakan pakaian khas sasak yaitu lambung, lengkap dengan tongkaq atau lempot yang melilit pinggang, melambangkan kesopanan dan kesuburan akan tanah air.
Pun dengan peserta pria, mereka menggunakan pakaian adat sasak yang disebut pegon, lengkap dengan dodot, keris dan sapuk yang melambangkan penghormatan dan penyerahan diri kepada Yang Maha Kuasa. Para pemucuk atau tokoh masyarakat, berada di barisan kedua sebelum barisan Paskibraka yang membawa bendera merah putih.
Sedangkan Bupati Lombok Timur H.M.Sukiman Azmy bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dan tamu undangan, menyambut peserta parade ini di depan Pendopo Bupati.
Baca Juga : Lombok Timur dalam Catatan Sejarah
Ribuan dulang yang dibawa berisikan makanan khas masyarakat sasak. Selain dulang ada kendi (tempat air minum) yang terbuat dari tanah liat yang mengawal barisan dulang agung yang dibawa peserta.
Deretan panjang parade dulang, sebagai simbol semangat gotong-royong warga Lombok Timur yang tetap terpelihara hingga saat ini.
"Dulang ini sebagai simbol gotong-royong masih terpelihara di tengah masyarakat kita," ungkap Kabag Humas dan Protokol Setda Lombok Timur, Iswan Rakhmadi.
Rangkaian kegiatan Hari Jadi ke-124 Lombok Timur menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dan wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.
"of course, I so them all to my friend and my family, and will tell them about the culture here, about the livelyhood of the local ( red : tentu, saya akan cerita ini ke sahabat dan keluarga saya )," ungkap Kiara, wisatawan asal Australia yang ikut parade menggunakan pakaian adat sasak. Ia mengatakan, ini momentum baik untuk mengenalkan pariwisata daerah ke wisatawan mancanegara.
Parade seribu dulang yang dibawa dari tiap desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Timur tersebut, dimeriahkan dengan seni tradisional gendang beleq dan menjadi tontonan menarik bagi warga sekitar. Mereka menyaksikan langsung adat tradisi masyarakat sasak yang tetap bertahan di tengah tantangan modernitas.
"Acara seperti ini sangat bagus sekali. Kami sebagai anak muda mengetahui budaya kami sendiri," ujar Tina, salah seorang Mahasiswa Universitas Mataram yang turut menyaksikan parade tersebut. (RM)