Oleh: Dr.H.Moch.Ali Bin Dachlan.( Bupati Lombok Timur Periode 2003-2008, 2013-2018)
Sebanyak dua kali berturut turut,Agus Talino, pemimpin redaksi Harian Suara NTB menulis catatan tentang kepemimpinan Sdr. Zulkieflimansyah sebagai Gubenur Nusa Tenggara Barat, periode 2019-2923 yang sebentar lagi akan mengakhiri masa jabatannya.
Gubernur NTB kali ini, cukup menarik untuk dikomentari, karena beliau tergolong gubernur yang unik, yang banyak gunakan jargon mentereng dalam membawa misi dan visinya,,sepeti istilah "gemilang" dan istilah "zero", kedua istilah yang tentu saja menimbulkan pertanyaan panjang jika ingin didiskusikan. Sayang waktu sudah hampir habis untuk mendiskusikan hal- hal yang bersifat istilah atau akronim apapun dan sejenisnya.
Para koleganya di pemerintahan sering memanggil namanya: DR.Zul, suatu panggilan ramah di kalangan para akademisi kedaerahan.
Beliau suatu hari datang ke ruang kerja saya, pada akhir masa jabatan saya sebagai Bupati di Lombok Timur. Ini adalah pertemuan kedua kali saya sejak pertemuan pada debat "picisan" calon kandidat gubernur NTB pada tahun 2019. Memang saya sangat tidak suka perdebatan yang sangat dangkal, yang pertanyaannya tidak lahir dari misi dan visi para kandidat. Persis seperti kuis-kuis berhadiah di layar televisi.
Namun, bagaimanapun juga saya senang dapat berjumpa langsung dengan kandidat lain terutama Bung Zulkieflimansyah saat itu.
DR.Zul ,memanggil saya "kanda" sebuah panggilan lazim dalam organisasi mahasiswa Islam HMI. Memang saya selalu dipanggil seperti itu bagi anggota HMI yunior, karena saya terlebih dahulu menjadi anggota HMI dan saya juga mendorong berdirinya organisasi tersebut khususnya di Lombok Timur. Panggilan tersebut melekat dalam rasa persaudaraan sesama anggota dan demikianlah rasa yang ada dalam hubungan saya dengan bung Zulkieflimansyah, sang gubernur yang akan berakhir masa jabatannya dalam kurang dari 60 hari lagi.
Di tengah masyarakat lebih banyak komentar bernada datar,sebagian bernada negatif dan tentu saja ada sebagian yang bersifat positif,suatu hal yang lumrah dalam menilai seorang tokoh.Beberapa istilah yang timbul dalam masyarakat untuk memberi kritik pada si tokoh seperti PHP. Saya tidak begitu paham arti akronim tersebut,kecuali dua kata di belakangnya HP adalah singkatan dari Harapan Palsu.
Tidak mudah untuk menyimpulkan tuduhan negatif pada seorang pemimpin pemerintahan,seperti seorang Gubernur atau Bupati,karena memang ada harapan,tetapi dalam kenyataannya tidak dapat terlaksana bukan karena perilaku berbohong dari seorang pemimpin,tetapi keadaan dalam intern pemerintah, boleh jadi menyebabkan harapan tersebut tidak tercapai. Bagi yang memiliki harapan besar,jika tidak tercapai,mereka akan menilai seorang pemimpin berbohong.Ini memang salah,tetapi lazim menjadi tuduhan bagi setiap pemimpin.Mustahil semua harapan masyarakat akan dapat dipenuhi oleh setiap pemimpin.
Gubernur Zul, bersama para Bupati/Walikota tidak terkecuali,terpaksa meminjam uang atau berhutang pada pihak Bank atau lembaga sejenis seperti PT SMI.Meminjam uang atau sebagai penghutang, apa salahnya?.Presiden juga meminjam uang, katanya untuk membangun.
Dalam tulisan-tulisan saya terdahulu memang ada kritik dari saya terhadap negara dan atau daerah yang sangat rajin berhutang. Saya mencoba membandingkan cara saya membangun selama 10 tahun,tanpa hutang.Bukankah APBN/APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah?.Artinya Pendapatannya yang menjadi perhatian utama, lalu merencanakan belanja sesuai dengan kemampuan pendapatan? Ada banyak praktik tidak efisien dan tidak ekonomis dalam pembelanjaan yang sangat minim, di bagian inilah seorang manajer harus berhati hati. Ini adalah sisi lain dari mazhab ekonomi seorang pemimpin.
Dalam beberapa hari lagi, gubernur kita akan mengakhiri masa jabatannya, tak ada pemimpin yang sempurna, tetapi salah jika semua kekurangan seorang pemimpin seakan menutupi segala keberhasilan dan kebaikannya.bBung Zul pasti telah memimpin daerah ini dengan sungguh-sungguh,walaupun hasilnya masih jauh dari harapan sebagian besar rakyat, suatu hal yang tejadi terhadap pemimpin yang lain.
Kita harus pandai berterima kasih kepada semua pemimpin,karena pemimpin yang sekarang pada hakekatnya adalah melanjutkan kepemimpinan yang lalu, demikian pula pemimpin yang akan datang sebenarnya akan meneruskan apa yang telah dikerjakan oleh pemimpin sekarang.(")
Selong,1 Muharam 1445 H.