Lalu lalang kendaraan bermotor, menambah lengkap hiruk-pikuk suasana malam sebuah sudut di kota Mataram.
Tampak terlihat seorang laki tua sibuk merapikan dagangan. Entah ada yang laku atau sebaliknya. Di keranjang dagangan aneka makanan tradisional seperti kacang rebus, bantal, pisang rebus hingga jagung dan makanan lainya masih tertumpuk banyak.
Tatapan lelaki baya tersebut menyapu suasana sekitar, mungkin ada yang minat barang dagangannya dan hendak berbelanja.
Tidak sampai disitu, di dekat gerai toko kue ternama di kota Mataram, lelaki tua mencoba mencari keberuntungan. Jangan-jangan ada yang minat melengkapi barang belanjaan. Namun tetap tidak satupun orang yang wara wiri berhenti dan menghampirinya.
Aku berlalu dan terus memikirkan mungkin lelaki tua yang mulai rabun tersebut, hari-harinya seperti itu, sebentar lagi pasti pulang dan dijemput keluarga. Cukup lama aku memikirkannya.
Tiba-tiba saat berhenti bersamaan saat kuparkirkan si motor merah di depan sebuah toko, lelaki tua itupun muncul dihadapanku.
"Bukankah tadi dia berada di jalan seberang, kenapa sampai disini begitu cepat," pertanyaan di dalam pikiranku. Atau mungkin harus berjalan dan keliling menjemput bola.
"Beli nak," kalimat lelaku tua menyapaku.
Mata tiba tiba mengarah padanya. Sungguh hati terketuk sosok lelaki tua itu begitu sabar melewati jalan yg meskipun terang lampu dengan pandangannya yang mulai kabur.
Menengok ke atas, menunduk ke bawah, dengan lirih aku katakan, beruntungnya aku (Alhamdulillah). Sedangkan di luar sana masih ada yang begitu sabar melewati beratnya hidup demi sesuap nasi, tak pikir panjang aku pun membalas sapaannya.
" Ya pak, saya beli pak, " dia pun berhenti, mencari posisi yang pas dan nyaman untuk melayaniku.
Aku berharap minimal apa yang aku lakukan bisa mengurangi berat pikulan itu yang mungkin sedari pagi tidak banyak terjual.
Iya sosok lelaki tua itu adalah penjual jajanan yang selalu ada di simpang Mirasa hingga larut malam.
Aku sempatkan berbincang seputar aktivitasnya hari itu. Sungguh hati ini bergetar usianya yg telah senja dengan segala keterbatasan (penglihatan kabur ketika malam tiba) beliau tetap gigih untuk berjualan, resiko tinggi yang selalu menyertai langkahnya, demi tunaikan ikhtiar dalam hidup. Ia tak kenal lelah, menyerah pada nasib.
Semoga rasa Syukur akan semakin banyak, jawaban akan banyaknya nikmat yang tercurahkan.
Malampun merambat larut, lelaki tua pun berlalu, semoga Allah selalu menjagamu dan keberkahan rezeki dari setiap tetes keringatmu.(B. Halim)