SATUNUSA.CO,LOTIM- Fauzal Bahri, pemuda disable yang gigih. Betapa tidak, disaat usia yang masih sangat produktif harus kehilangan kaki, diamputasi karena kecelakaan.
Situasi itu seakan akhir semua kehidupanya, sekian bulan harus dijalani di rumah, sembari tertidur menghabiskan waktu, dan menjenuhkan.
Tidak ingan selamanya seperti itu, akhirnya, Fauzal harus bangkit menemukan cara untuk menghadapi kehidupan. Harus ada jalan keluar untuk bangkit dan bekerja, beraktifitas layaknya orang normal lainnya.
“ Waktu itu saya berpikir membuat kaki palsu, untuk berdiri tegak dan bekerja. Tidak bisa saya begini terus,” kenang Fauzal, saat ditemui di kampung halamannya Bangle, desa Pesanggarahan, Montong Gading, Senin, (28/10/2019) saat bersamaan Hari Sumpah Pemuda.
Dengan bekal bahan seadanya, Fauzal mulai mendisain, membuat kaki palsu dari paralon dengan telapak kaki dari kayu. Diluar dugaan, usahanya berhasil minimal Fauzal bisa berjalan dan bekerja. Namun seiring waktu, daya tahan paralon tidak begitu kuat dan kaki palsu Fauzal pun retak.
Retaknya kaki palsu paralon inilah, yang membuat Fauzal berpikir keras, mencari bahan baku yang kuat dan tahan lama. Piber, alternatif yang kemudian ditemukan. Mulailah memproduksi kaki palsu dari bahan baku piber.
“ Saya produksi kaki palsu dari piber dan saya buatkan pergelangan lutut dari besi dan baut biar ada elastisnya,,” paparnya.
Dari setiap usaha dan jerih payahnya, ada hal yang menarik bagi sosok pemuda desa ini, setiap kali memelihat kaki palsunya, ia selalu terbayang, mungkin di luar sana banyak orang yang tertidur, tidak bisa bangun karena kakinya diamputasi.
“ Banyak di luar sana, bahkan usianya sangat muda dan produktf, lalu apakah saya diam. Harus saya bantu,” tutur Fauzal bersemangat.
Kini, di tempat tinggalnya, dijadikan tempat singgah untuk para penyandang disable. Baginya, membuat kaki palsu bukan sekedar meletakkan dan lalu dipasang, bukan. Kaki palsu perlu sentuhan biar menyatu dengan organ lainnya.
Atas semua itu, para disable yang dibuatkan kaki tinggal dan menginap, diajari jalan sampai mampu beraktifitas. Banyak yang datang untuk tinggal berminggu-minggu di rumah Fauzal menunggu kaki palsunya, hingga pulang dengan jalan sendiri.
Kegigihannya memproduksi kaki palsu, beberapa penghargaan diraih Fauzal, sebagai wujud dedikasi dan pengabdianya, termasuk menjadi juara pada lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) baik di ajang Kabupaten Lombok Timur, di gelaran TTG provinsi NTB hingga di kancah Nasinoal.
Bagi pemuda disable tersebut, segala kekurangan bukan mengubur mimpi untuk bangkit. Kecelakan lalu cacat adalah fakta yang harus diterima, akan tetapi harus pula melihat kenyataan hidup ini terus berlangsung.
Sementara itu, mencermati Hari Sumpah Pemuda tahun ini, Fauzal berharap pemuda harus mandiri, kurangi ketergantungan pada siapapun, temukan peluang dan momoentum dan jangan mengeluh.
“ Tidak ada pilihan harus bangkit dan maju, kurangi bicara yang tidak penting, bergegas dan maju melangkah dengan kaki sendiri walau kaki palsu, " ujar Fauzal Bahri, sosok anak muda panutan pejuang kaki palsu.(sn/rm)